Jumat, 20 Januari 2012

Matinya Akal Sehat, Nurani dan Logika


Matinya Akal Sehat, Nurani dan Logika


Di NKRI kasus/kejadian perkara bisa muncul banyak macam versi dan yang mengutarakannya pun bisa orang yang beragama dan berpendidikan. Masing2 tentu dgn versinya dan data atau dokumen pendukungnya sudah pasti bersikeras dgn versi-nyalah yg paling akurat dan benar
Perang versi ini bisa terbuka di media bisa juga terjadi pengadilan dan kita sudah pasti tahu bahwa salah satu nya pasti bohong. Karena logika sehat kita bilang tidak mungkin suatu atau rentetan kejadian yang sama punya dua versi berbeda
Jadi kenapa bisa berbeda versi, kenapa berbuat & berbohong, tentu banyak hal yang bisa jadi alasan bagi si pembuat versi palsu. Sebagai WNI dan pemeluk agama tentu berbohong tidak dibenarkan, tapi agama kita abaikan karena agama adalah urusan manusia dgn Tuhan. Jadi sekarang kita hanya melihatnya sebagai WNI dalam hubungan antara manusia dengan manusia. Saat yang bersangkutan berbohong dia tentu telah menghilangkan sisi dia sebagai manusia yaitu akal sehat, nurani dan logika.
Sayang sekali bila versi yang disampaikan adalah dasar laporan ABS atau palsu, bukan atas dasar hasil keyakinan sendiri. Walaupun kadang ada keinginan menolak tapi ada kekuatan yang memaksa dirinya mengalahkan suara hatinya atau bahkan logikanya. Dan celakanya lagi kadang untuk menutup kebohongan ini muncul lagi kebohongan lainnya.
Herannya dari sekian banyak versi atau ucapan yang muncul dan kita tahu bahwa ini adalah kebohongan dan bahkan sudah dikuatkan oleh suatu putusan pengadilan atau rekomendasi dari pihak yang berkompeten, kita bahkan si pembohong sendiri mengganggap biasa saja hal tersebut. Apalagi kebohongan itu keluar dari mulut pejabat negara, maka seolah-olah kebohongan itu hanya keseleo lidah.
Banyak sekali fakta berita ucapan versi dari kejadian demi kejadian di NKRI yang bila kita gunakan akal sehat nurani dan logika,kita sudah bisa mengira-gira mana yang benar mana yang bohong.
Dengan kemajuan dunia tehnologi pula tentu tidak sulit membuktikan bagaimana seseorang menyatakan kebohongan kemarin, minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu atau periode lalu. Tapi tentu saja kalo terbukti dan dibuktikan si pembohong tentu saja kembali membuat kebohongan baru. Jarang sekali kita temui yang bersangkutan mengakui kesalahannya berbuat bohong.
Kita sendiri sudah lumrah dengan hal tersebut karena di negeri ini kita sudah biasa dibohongi, menerima sebuah kebohongan dan berbohong bahkan berbohong untuk menutup kebohongan sebelumnya. Karena kita tinggal di negeri dimana sudah matinya akal sehat, nurani dan logika.

 http://muda.kompasiana.com/2012/01/04/matinya-akal-sehat-nurani-dan-logika/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar